16 Mar 2012

Rekti The S.I.G.I.T.

 
Jakarta - Sudah lebih dari lima tahun sejak unit rock & roll Bandung, The S.I.G.I.T., merilis album penuh, Visible Idea of Perfection. Memang, empat pemuda Kota Kembang tersebut telah merilis album mini Hertz Dyslexia dalam dua bagian, namun sudah terlalu banyak pihak yang mempertanyakan kapan The S.I.G.I.T. akan merilis album penuh kedua.

Ketika dikontak oleh Rolling Stone Indonesia, vokalis sekaligus gitaris Rektivianto Yoewono, akrab dipanggil Rekti, akhirnya membeberkan soal status album penuh kedua bandnya dan alasan mengapa hingga saat ini album tersebut tak kunjung lahir menghirup udara eksistensi.

Kebetulan, Rekti juga baru saja ditunjuk sebagai brand ambassador usaha pakaian yang didirikan pada 1991 dan berbasis di California, AS, Volcom. Berikut hasil wawancara kami dengan pemuda yang sempat menghasilkan masa kecilnya di Jepang ini.

Ceritakan proses bagaimana Anda akhirnya bisa menjadi brand ambassador Volcom?
Ada tawaran dan saya terima. Ceritanya sesingkat dan sesederhana itu. Mungkin ada proses riset dari Volcom mengenai band saya atau saya pribadi sebelum memberikan penawaran. Yang saya tangkap, Volcom sudah mengamati output lagu, video clip, atau artwork lewat situs The S.I.G.I.T., blog, dan juga memahami selera musik atau artwork yang saya gemari.

Apa yang menonjol dari Volcom sehingga Anda menerima tawaran mereka?
Yang membuat saya paling tertarik adalah divisi Volcom Entertainment yang didekasikan untuk band-band non-mainstream; semacam record label cum publishing company. Serunya lagi, ada yang bernama Volcom Ent. Vinyl Club yang setiap bulan merilis piringan hitam split 7 inci. Band-bandnya juga seru, ada Earthless, Red Fang, Freak Bird, Danava, dan lainnya. Dari semua itu, saya mendapat kesan bahwa Volcom sangat suportif terhadap band atau seniman yang bisa dibilang unik namun tidak mendapatkan exposure yang layak.

Apakah Volcom punya makna tersendiri bagi Anda?
Sejak saya mulai main skateboard di masa-masa SMP, melihat spread iklan Volcom di majalah Thrasher, yang menampilkan adegan pemacu adrenalin dari Geoff Rowley, Dustin Dollin, dan lainnya, saya selalu mendapatkan kesan raw yang tersaji secara estetis melalui grafis berani. Sebagai remaja yang ketika itu sedang keranjingan musik punk/proto punk rock, saya langsung berkata “I want that!” Kesan itu masih saya dapat hingga sekarang. Ditambah lagi kini divisi Volcom Entertainment semakin berkembang.

Apa produk pertama Volcom yang pernah Anda miliki?
Saya pernah diberikan hoodie ketika masih di SMA. Sayang, langsung dicuri orang ketika sedang les [tertawa].

Apa item favorit Volcom Anda, baik yang sudah punya maupun yang ingin punya? Kenapa?
Volcom Flare Denim pants dan jaket denim. Sudah cari-cari tapi tidak pernah ketemu, sepertinya memang tidak ada di toko dan retail Indonesia. Saya memang paling suka pakai cut bray [tertawa].

Sudah lebih dari lima tahun sejak The S.I.G.I.T. merilis album penuh, apa yang membuat lama?
Setelah dua bagian Hertz Dyslexia, kami rajin membuat lagu baru namun seringkali merasa tidak puas. Kami ingin membuat sesuatu yang baru dan berbeda dari karya kami sebelumnya, tetapi kami tidak mau lagu-lagu kami jadi aneh dan tidak bisa dinikmati orang lain. Alhasil kami berkali-kali melakukan proses penggubahan dan tidak terasa tiga tahun sudah berlalu. Sebenarnya Hertz Dyslexia direncanakan untuk menjadi album penuh kedua saat proses rekaman, namun karena sebab yang saya sudah lupa sekarang, tiba-tiba muncul ide untuk merilisnya menjadi dua album mini yang terpisah, Hertz Dyslexia Part I dan Hertz Dyslexia Part II.

Sudah punya target kapan album baru kalian akan dirilis?
Target sih pertengahan tahun ini. Kami sedang dalam proses rekaman, tapi seringkali aransemen diulang lagi dari awal walaupun sudah terekam. Terlalu banyak keinginan jadi malah tambah pusing [tertawa]. Sejauh ini sudah ada tujuh lagu baru, di antaranya berjudul “Seven Suns”, “Cognition”, “Red Summer”, dan “Black Summer”.

Siapa saja nama-nama di luar The S.I.G.I.T. yang terlibat pada album itu?
Sampai saat ini belum ada, tapi kami ingin mengajak pemain harpa, harmonika, saksofon, dan choir. Tapi belum tahu seperti apa dan di lagu yang mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar